Label

Sabtu, 07 November 2015

Foto - foto Kegiatan Pengajian Bulanan Bersama Orang tua Santri

2. Foto : Pengajian Bulan Oktober 2015
3. Foto : Penyerahan Bantuan Sembako Untuk Guru Ngaji
4. Foto : Foto Kegiatan Pengajian Bulan Nopember 2015

Jumat, 06 November 2015

Nasib Guru Diniyah Sangat-Sangat Memperihatinkan, Pemda Sudah Berpihak ?.



 
06 November 2015  20:43:20
Pernah membaca article tulisan Bang Nasr di kompasiana.com mengenai nasib guru Diniyah beliau mengutip kehidupan guru Dinyah di DKI Jakarta yang sungguh memilukan dan pemda pun belum berpihak.
Alhamdulillah, walau belum maksimal di Kabupaten Bandung mereka baru digaji Pemda dari anggaran dana hibah sebesar Rp. 308.400 per semester atau Rp 51400/ bulan . Mungkin ada yang ditambahi lebih dari itu, tergantung kebijakan Yayasan pengelola, namun paling banter hingga Rp. 200.000 per bulanya. Namun apakah cukup untuk kebutuhan pokok hidup di Kabupaten Bandung sebesar itu? Jelas tidak cukup. Kehidupan layak yang dituntut buruh di Kabupaten Bandung (lajang) saja Rp. 2.3 juta perbulan, Apalagi bila sudah berkeluarga dan punya seorang anak. Pasti tidak mencukupi untuk kehidupan pokok (primer).

Madrasah Diniyah (MD) kebanyakan adalah sekolah yang didirikan oleh swadaya masyarakat yang mengajarkan anak-anak membaca dan mengenal bahasa Arab, Al-Qur'an, shalat, fikih, tauhid, hadits dan lain sebagainya sebagai ajaran dasar keilmuwan Islam. Pelajaran ini tentu saja tidak ada di sekolah umum, baik negeri maupun swasta, kalaupun ada tidak sepenuhnya mengajarkan semua ilmu-ilmu agama Islam. MD inilah yang menjadi basis pengajaran moral dan akhlakul karimah anak didik. Coba tengok, tawuran antar pelajar bahkan antar mahaisiswa yang marak terjadi adalah kuncinya karena moralitas atau akhlakul kairimah mereka tidak ada. Mustahil seorang anak yang bermoral baik, dia mau melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama, karena takut ‘dosa’, yang sejak dini diajarkan oleh MD. Rasa ‘takut berdosa’ ini merupakan modal awal bagi seseorang yang akan menuntun jalan hidup mereka ke depan bila hidup bermasyarakat atau menjadi pejabat. Boleh jadi para pejabat yang menjadi koruptor karena tidak diajarkan ‘rasa berdosa’ sejak kecil sehingga dalam prinsip hidupnya yang ada adalah bagaimana menumpuk harta kekayaaan walaupun dengan berbuat dosa (korupsi).

Madrasah Diniyah (biasanya terdiri dari 3 tingkatan. MD Takmiliyah Awaliyah, MD Al-Wustha dan MD Al-Ulya). Waktu belajarnya biasanya pada sore/petang, karena rata-rata peserta didiknya adalah anak SD bagi Awaliyah, Wustha bagi SMP dan Ulya bagi SMA. Semakin tinggi tingkatannya biasanya semakin ‘sepi’ alias tidak ada muridnya. Bahkan sejak MD Awaliyah saja sudah tidak sedikit muridnya karena orang tua yang kurang perhatian kepada pendidikan agama.

Saya sangat merasakan hal tersebut, karena saya mengelola sebuah MD bagi kaum dhuafa, yang SPP-nya perbulan cuma Rp. 10 ribu. Gak sampe gopek sehari.. Itupun bagi yang yatim digratiskan dan juga bagi yang dhuafa. Sudah segitu murah juga masih banyak para orang yang main kucing-kucingan (maksudnya tidak mau membayar SPP bulanannya walau mampu). Berdasarkan pengalaman mengelola Yayasan, saya tahu betul sikap orang tua yang kurang memperdulikan pendidikan diniyah pada anak-anaknya walau ada juga yang sangat peduli dan merasa berterima kasih pada pengelola. Berbeda dengan pendidikan TK bagi anak-anaknya, walau mahal bayarnya (rata-rata diatas Rp. 100 ribuan, bahkan ada yang lebih) namun tetap dibelain walau berhutang anak sekolah TK tersebut. Makanya, biasanya guru-guru MD yang sewot bila mendapatkan orang tua yang pura-pura begitu (tidak mau atau masa bodo soal bayaran bulanan). Kami selaku pengelola selalu mengingatkan saja, biarkan saja karena toh kita niatnya memang mencari pahala dari Allah swt. Biar kecil di mata manusia, insya Allah besar di mata Allah nanti di akherat.. Sebagai pengelola memang harus memutar otak untuk memberikan tambahan di luar gaji seperti sembako (biasanya kalau ad donator  kami berikan beras, atau sembako lainnya seperti mie, dan kebutuhan dapur lainnya. Tapi itupun tidak rutin). Karena kalau hanya mengandalkan dari iuran SPP bulanan anak-anak MD, pasti tidak mencukupi. Ini pengalaman saya sendiri yang menjadi pengelola. Pengelola harus pandai mencarikan jalan keluar soal keuangan ini. Mereka saya gaji Rp. 100 ribuan. Sudah ada rencana mau naikkan menjadi Rp 200 ribu, karena merasa prihatin dengan nasib mereka.

Pemerintah, dalam hal ini Dinas Kementerian Agama memang ada memberikan bantuan kepada guru diniyah. Biasanya per-6 bulan. Namun, tidak semua guru. Rata-rata di setiap MD ada 6 orang guru, dan mendapat bantuan paling-paling 1 atau 2 orang guru saja. Nanti biasanya pengelola membagi rata bantuan tersebut kepada semua guru-guru.
Penulis mengakui Selama ini baru Provinsi Jawa Barat yang sudah memberikan bantuan kepada Guru Diniyah di Provinsi tersebut yang berjumlah 20 ribu-an orang guru diniyah sebesar Rp 100 ribu perbulan. Pemda lain juga sudah ada yang memberikan bantuan yang sama seperti Jawa Timur, Riau dan Kalimantan. Namun, masih banyak Pemda Provinsi yang masih belum ‘care’ kepada nasib guru diniyah ini.

Ada  kabar gembira dari Bupati Bandung H. Dadang M Naser  bahwa untuk Tahun 2016 Anggaran  dana hibah untuk operasional guru Diniyah akan dinaikan semoga ini menjadi sinyal gembira bagi para guru diniyah untuk lebih ikhlas lagi mengajar anak-anak didik masa depan pemimpin bangsa yang bermoral sehingga ‘dapur’ mereka tetap ngebul walau tidak melimpah, asal cukup kebutuhan pokok layak sebagaimana yang lainnya.

Segera bantu mereka.

Wassalam,


Selasa, 03 November 2015

GALERI FOTO KEGIATAN

Foto ; Ketika awal didirikan tahun 2009 
Tempat belajar masih di masjid Al-Jama'ah yang lama
Begitu semangatnya Ibu Risna mengajar walau harus membawa anak kecilnya
Foto : Selesainya pembangunan Masjid Al-Jamaah yang baru Tahun 2011
sekaligus sebagai awal alih fungsi dari masjid lama menjadi Madrasah

Foto : Mulai belajar di ruang kelas baru Tahun 2011
 setelah alih fungsi masjid jadi madrasah
Foto : Bulan Desember 2014 Alhamdulillah kembali mendapat bantuan menambah
satu ruang kelas baru disamping bangunan masjid yang baru
Foto : Januari 2015 Suasana belajar diruang kelas baru
Foto : Kegiatan Les Iqro